Rabu, 17 Oktober 2012

Artikel :Pentingnya Budaya Membaca


Pentingnya Budaya Membaca

Membaca bukan merupakan kata yang asing bagi telinga masyarakat. Sampai sekarang, sudah banyak pepatah-pepatah bijak tentang membaca,namun kegiatan membaca itu sendiri semakin jarang dilakukan oleh masyarakat.  Jika hal ini berkelanjutan secara-terus menerus, tentu saja budaya membaca itu sendiri akan memudar sampai akhirnya budaya membaca akan hilang dari diri masyarakat. Keadaan ini sungguh sangat memprihatinkan.

Budaya membaca dapat ditingkatkan dengan berbagai cara, salah satunya ialah memberitahukan fungsi dari membaca itu sendiri. Berikut dipaparkan beberapa fungsi membaca:
  • Membaca merupakan suatu gerbang untuk mencapai kesuksesan. Mengapa demikian? Karena dengan membaca kita dapat menambah ilmu serta wawasan, dengan begitu kita dapat mencapai gerbang kesuksesan dengan mudah. Tentu saja kita semua ingin menjadi orang sukses, maka dari itu kita harus membudidayakan budaya membaca sedini mungkin.
  • Membaca juga merupakan alat untuk menjelajah dunia . Hanya dengan membaca kita dapat mengetahui,mengenal, merasakan dunia tanpa harus benar-benar pergi keliling dunia.   Kita hanya perlu membaca buku-buku mengenai sejarah-sejarah dunia, budaya-budaya yang ada di dunia,dll.
  • Membaca menuntun kita untuk menjadikan negara kita menjadi negara yang maju. Karena dengan banyak membaca, kita bisa menjadi orang yang cerdas. Dengan menjadi orang yang cerdas kita bisa membangun negara kita menjadi negara yang terpandang, negara yang tidak diremehkan, dan negara yang diakui karena kehebatannya.

Untuk itu budaya membaca sangat dibutuhkan. Tanpa budaya membaca kita akan sulit untuk mencapai sebuah kesuksesan. Tanpa budaya membaca kita juga tidak bisa dengan mudah menjelajah dunia. Tanpa budaya membaca negara kita tidak akan pernah menjadi negara maju, negara kita akan selalu tertinggal, baik dari segi teknologi, ekonomi, pendidikan, dsb. Mulailah membaca sedini mungkin, tidak ada kata terlambat untuk membudidayakan budaya membaca, ingatlah kata pepatah, Better Late than Never.

Senin, 15 Oktober 2012

Resensi Novel Unforgettable



Judul                           : Unforgettable
Penulis                         :Winna Efendi
Profreader                   :Gita Ramadhona
Penata Letak               :Wahyu Suwarni
Desain Sampul             :Dwi Annisa Anindhika
Penerbit                       :Gagas Media
Harga                          :Rp.43.000,-
Cetakan                       :Pertama,2012
Tebal                           :vii+176 halaman
Ukuran                         :13x19 cm
ISBN                           :979-780-541-7

Novel ini berkisahkan tentang, dua orang yang tak tersebutkan namanya bertemu pada sebuah kedai wine, Muse. Perempuan itu adalah seorang penulis novel-novel fiksi yang selalu mengenang ayahnya, yang tinggal berdua dengan abangnya dan mengelola rumah peninggalan ayahnya menjadi sebuah kedai wine. Perempuan itu telah lama tidak jatuh cinta, selama ini ia selalu ingin menjadi tak kasat mata bagi siapapun. Sampai akhirnya sekarang ia menjadi kasat mata bagi lelaki tersebut.

Lelaki itu  adalah seorang eksekutif muda yang pada awalnya hanya mampir ke Muse namun malah menjadi pelanggan tetap Muse  dan menjadikan Muse menjadi tempat pelarian untuk melepas penatnya sebelum kesibukannya dimulai lagi menjelang fajar tiba. Lelaki ini adalah lelaki yang harus melupakan cita-cita masa kecilnya untuk menjadi seorang yang dewasa. Lelaki ini tidak pernah berbagi rasa tentang perasaanya. Lelaki yang lebih sering menggunakan logika dari pada perasaan. Lelaki yang tidak tahu cara mendefinisikan cinta. Lelaki yang harus menuruti orangtuanya untuk menjalin hubungan dengan gadis yang dijodohkan padanya. Sampai ia bertemu dengan perempuan itu. Perempuan yang berbeda dari perempuan kebanyakan. Perempuan tempatnya bercerita tentang segala rahasianya.

Pertemuan pertama mereka diawali dengan pandangan mereka yang saling bertemu. Seakan seperti memiliki chemsitry yang kuat pria itu pun menghampiri perempuan tersebut untuk saling mengobrol bertanya satu sama lain.

Tanpa disadari hampir setiap malam mereka berdua saling mengobrol bertanya satu sama lain, berbagi cerita masa lalu, masa kini, maupun masa depan sambil diselilingi segelas wine. Tapi mereka tidak saling mengetahui nama satu sama lain. Bagi mereka jika mereka sudah saling mengenal sebelumnya, mungkin ada batasan-batasan yang membuat topik menjadi tabu untuk dibahas.

Keduanya bagai menemukan kepingan puzzle untuk melengkapi misteri masing-masing. Serupa menemukan teman diskusi untuk membicarakan apa saja. Tanpa batas. Tanpa keraguan. Tanpa takut akan ditertawakan atau terhinakan. Mereka menyatu dalam keterasingan. Mereka berteman karena menemukan kenyamanan.
Sampai akhirnya suatu hari lelaki itu tidak kunjung datang. Saat dia datang kembali ke Muse, dia memberitahu kepada perempuan itu jikalau tunangnnya hamil.

Lalu apa yang hendak terjadi? Akankah laki-laki dan perempuan itu akan mengungkapkan rasa cinta mereka? Bagaimana dengan nama mereka? Akankah mereka saling mengetahui nama satu sama lain? Bagaimana hubungan mereka di kemudian hari?

Novel ini membuat penasaran para pembaca, hal ini menyebabkan kita akan terus membacanya sampai habis.

Menurut saya kisah novel ini seakan mengalir begitu saja. Novel ini tidak hanya sekedar sebuah kisah cinta, novel ini jugacerita tentang melupakan, tentang menemukan, tentang pencarian, tentang kesedihan, dan tentang kebahagiaan yang sederhana.

Bahasa-bahasa yang digunakkan Winna menghanyutkan kita kedalam novelnya. Memang pada awalnya kita tidak diberitahu nama dari tokoh utamanya, namun pada bagian akhir novel nama tokoh utamanya pun diketahui. Novel ini juga mengajarkan kita tentang cinta yang menunggu.

Baiklah setelah selesai membaca novel ini saya memutuskan untuk memberikan nilai 4 bintang dari 5 bintang.

Salah satu quotes yang dapat diambil  dari novel tersebut :
 Cinta itu seperti segelas eiswein. Kesan pertama selalu manis-seperti sekeranjang aprikot segar berpadu dengan vanili dan gulali. Meskipun sudah diteguk habis, rasanya tersisa untuk waktu yang sangat lama baik pahit maupun manis. (Hlm 64 )